Sabtu, 19 September 2020

Ringkasan Dasar-Dasar Sistem Kontrol Pneumatik Beserta Cara Kerjanya

    Selamat siang sahabat SITROTIS (Sistem Kontrol Otomatis) Blog. Semua pembahasan teknik elektro akan dibahas disini. Semoga apa yang kalian cari ada di blog ini. Disini saya akan berusaha konsisten menulis pembahasan tentang teknik kontrol lagi. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Pneumatik. Mungkin kalian akan mencarinya tentang materi yang ada pada matkul semester ini. Jadi dalam blog ini akan dibahas mulai dari pengertian, cara kerjanya dan pengaplikasiannya. Sehingga kalian tanpa perlu mencari satu persatu. Karena di blog ini akan dikupas secara tuntas.

 

PNEUMATIK

 

Pneumatik Silinder
Gambar 1. Sistem silinder pneumatik
(Sumber: wikipemedia commons)
 

    Apa itu pneumatik?

 

    Pneumatik ialah suatu sistem penggerak yang mana tenaga penggeraknya memakai tekanan udara. Pneumatik ini merupakan media paling berdaya berfungsi untuk menyalurkan daya dan sinyal fluida bentuk gas yang digunakan banyak industri. Pneumatik berbeda dengan hidrolika, karena pneumatik merupakan sistem fluida yang memakai gas / udara. Sedangkan hidrolik memakai oli. Pneumatik dan hidrolik memiliki kesamaan yaitu cara kerjanya tetapi, penempatanya berbeda. Banyak orang sering membandingkan sistem pneumatik dan hidrolika. Maka di bawah ini saya akan memberikan gambaran singkat mengenai perbandingan keduanya secara singkat pada Tabel 1 dibawah ini.

 

    Perbedaan Antara Pneumatik dan Hidrolika:

 

Tabel 1. Perbedaan antara Pneumatik dan Hidrolika

No. 
Pneumatik Hidrolika
1. Udara dan gas dapat dimapatkan
Minyak pelumas (Oli) tidak dapat dimapatkan
2. Udara selalu mengandung uap air dan kekukarang sifat melumaskan
Fungsi minyak pelumas (Oli) sebagai pelumas dan fluida hidrolika
3. Tekanan operasi normal sistem pneummatika jauh lebih rendah
Tekanan operasi normal sistem hidrolika jauh lebih tinggi
4. Daya keluaran sistem pneumaitika lebih kecil
Daya keluaran sistem hidrolika lebih besar
5. Ketetapan aktuator pneumatika adalah buruk pada kecepatan rendah
Ketetapan aktuator hidrolika dapat dibuat memuaskan pada semua kondisi kecepatan
6. Pada sistem pneumatika kebocoran eksternal diperbolehkan pada tingkat tertentu, tetapi kebocoran internal harus dihindarkan karena perbedaan tekanan efektif agak kecil
Pada sistem hidrolika kebocoran internal diperbolehkan sampai tingkat tertentu, tetapi kebocoran eksternal harus dihindarkan
7. Tidak diperlukan pipa kembali pada sistem pneumatika bila yang digunakan udara
Pipa selalu diperlukan oleh sistem hidrolika karena yang digunakan minyak pelumas
8. Suhu operasi normal sistem pneumatika adalah 5° sampai 60° C (41° sampai 140° F). Namun sistem pneumatika dapat beroperasi pada suhu 0°  sampai 200° C (32°  sampai 392° F). Sistem pneumatika tidak peka terhadap perubahan suhu. Pada sistem hidrolika dengan gesekan fluida disebabkan oleh kecepatan yang bergantung besar sekali pada suhu. Suhu operasi normal untuk sistem hidrolika adalah 20° sampai 70° C (68° sampai 158° F)
9. Tahan api dan ledakan
Mudah meledak

 

     Kelebihan dan Kekurangan

 
  • Sistem Pneumatik

    Kelebihan Kekurangan
    Ramah lingkungan dan bersih apabila terjadi kebocoran dalam pipa. Daya mekanik yang dihasilkan kecil
    Udara yang berperan tenaga penggerak mempunyai jumlah yang tidak terbatas Mudah kotor dan menggandung air. Sehingga membutuhkan perawatan tinggi
    Lebih cepat dan responsif Cepat rusak pada bagian air cylinder akibat gesekan antara piston cylinder dan rumah cylinder besar
    Harganya murah Sering ada problem tidak awet karena mudah kotor
 
  • Sistem Hidrolik

    Kelebihan Kekurangan
    Memiliki daya mekanik yang besar Tidak ramah lingkungan
    Cylinder hidrolik lebih awet Harga pelumas (oli) mahal
    Oli sebagai tenaga penggeraknya tidak habis/berkurang bila terjadi kebocoran Kurang responsif

     

    Dibawah ini merupakan gambaran sistem pneumatik dan hidrolik:

     

    a. Sistem Pneumatik

Gambar 2. Sistem Kontrol Pneumatik Suhu
(Sumber TN Industri)


     

    b. Sistem Hidrolik 

     


    Gambar 3. Sistem Kontrol Hidrolik
    (Sumber: TN Industri)
     

       Cara kerja Pneumatik

     

         Udara di sedot oleh kompresor lalu disimpan air direservior (tabung udara) sampai tinggi tekanan sekitar 6 sampai 9 bar. Tidak boleh di bawah 6 bar, karena akan menurunkan daya mekanik dari cylinder kerja pneumatik dan sedangkan diatas 9 bar akan berbahaya pada sistem perpipaan / kompresor. "Noted: Bisa baca tentang jumlah standar tekanan maksimal yang terdapat pada nameplate reservior air dari kompresor". Kemudian udara bertekanan itu disalurkan ke sirkuit dari pneumatik dengan pertama kali harus melewati pengering udara (air dryer) untuk menghilangkan kandungan air pada udara, setelah itu dilanjutkan ke katub udara (shut up valve), regulator, selenoid valve menyalurkan udara bertekanan menuju inlet dari air cylinder yang bergantung dari selenoid. Jika selenoid valve memberikan udara bertekanan menuju udara bertekanan ke inlet dari air cylinder sehingga piston akan bergerak maju sedangkan kalau selenoid velve itu memberikan udara yang bertekanan ke arah outlet dari air cylinder maka piston akan bergerak mundur. Sehingga dari selenoid velve inilah penggunaan aplikasi pneumatik bisa juga di kombinasikan dengan elektrik contohnya PLC ataupun rangkaian kontrol listrik lainnya. Sehingga mempermudah dalam mengimplementasikannya. Di bawah ini merupakan diagram gambar cara kerja pneumatik secara ringkas.


    Gambar 4. Alur sistem pneumatik
    (Sumber: Trikueni desain sistem)

        Mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat. Pada postingan selanjutnya akan membahas banyak tentang hidrolika ataupun yang lainnya. Terimakasih atas perhatiannya.


EmoticonEmoticon